Senin, 30 Maret 2015

KEHADIRAN NON-PAPUA

                       Kimaam, Merauke, Papua




‘’Mesti  tinggal berdampingan tetapi saling menghormati satu sama lain, bukan saling membunuh. Tolong hargai kami sebagai suku asli penduduk setempat (suku kimaam).’’

Pantai selatan Pulau Kimaam kaya akan sumber daya laut. Ini menarik banyak orang untuk datang, menciptakan populasi yang lebih heterogen. Sebagian besar non-Papua yang datang ke Kimaam iIsland berasal dari Bugis, Makasar, Maluku dan Jawa. Mereka tinggal di pantai utara pulau, terutama di desa Waan dan Konorau. Dengan peningkatan ekonomi sebagai motif utama mereka, mereka datang untuk mencari sumber daya laut seperti ikan dan buaya yang kemudian mereka jual ke kapal nelayan dari PT. Djarma Aru. Mereka juga biasanya melakukan sistem barter berubah untuk dijual hal-hal dengan sumber daya tangkapan masyarakat.

Beberapa hal yang disayangkan lagi bahwa, para pedagang (non-Papua)  yang berdatangan berdagang di sana membeli hasil orang kampung (orang asli setempat) dengan harga yang tidak semestinya (harga yang sangat murah). Misalkan harga daging rusa yang dijual di Merauke Rp 50.000.00,-  per kg,mereka membelinya dari orang kampung dengan harga 12.000,00,- per kg. Juga sistem barter, barang yang mereka tukarkan kepada orang kampung tidak sesuai dengan harganya,misalnya: kelapa tua lima buah harganya sebanding dengan sebuah permen karet.

Masih banyak hal lain yang terjadi di sana dengan kehadiran non-Papua dan perlakuan mereka terhadap masyarakat setempat. Mungkin itu hanya sebagian kecil dari ketidak kemanusiaan yang terjadi di sana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar